Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM): Pemanfaatan Abu Cangkang Kerang Darah sebagai Adsorben Logam Berat untuk Keamanan Konsumsi Makanan Laut
Kerang darah merupakan sumber daya perikanan bernilai
ekonomis yang memiliki kandungan protein tinggi dan tingkat konsumsi yang tinggi
di Indonesia. Namun, kerang darah yang hidup di perairan yang terkontaminasi
logam berat berpotensi mengakumulasi zat berbahaya dalam tubuhnya. Logam berat
yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat menimbulkan efek toksik jika
kandungannya melebihi batas aman yang ditetapkan. Penelitian Junairiah (2001)
menunjukkan bahwa paparan logam berat pada mencit bunting dapat menyebabkan
penurunan jumlah implantasi, jumlah janin hidup, serta perubahan patologis pada
hati dan ginjal, yang berakibat pada gangguan fisiologis lainnya. Salah satu
bahan pencemar yang sering ditemukan dalam perairan adalah logam Timbal (Pb)
dan Kadmium (Cd), termasuk di perairan tambak Kecamatan Sedati.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar logam berat pada
kerang darah hasil tangkapan nelayan di pesisir laut Kecamatan Sedati,
Kabupaten Sidoarjo, mencapai 0,104 ppm untuk logam Pb dan 0,018 ppm untuk logam
Cd. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)
menegaskan bahwa logam berat merupakan salah satu pencemar berbahaya bagi
kesehatan manusia. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk mengonsumsi makanan
laut yang telah terkontaminasi logam berat.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi abu cangkang
kerang sebagai adsorben logam berat Pb dan Cd melalui proses perendaman daging
kerang darah yang diperoleh dari pesisir laut Kecamatan Sedati, Sidoarjo.
Selain itu, uji coba terhadap mencit bunting dilakukan untuk mengamati
dampaknya terhadap perkembangan embrio. Berdasarkan hasil penelitian,
perendaman daging kerang darah menggunakan adsorben menunjukkan penurunan kadar
logam Pb dan Cd. Lima kelompok uji dengan variasi massa adsorben dan proses perebusan
digunakan dalam penelitian ini. Hasil terbaik diperoleh dari kelompok
perendaman adsorben 50 gram dengan perebusan selama 1 jam, yang menurunkan
kadar Pb sebesar 54,80% dan Cd sebesar 55,55%.
Hasil percobaan lebih lanjut membandingkan pengaruh
pemberian filtrat kerang darah terhadap mencit bunting. Mencit yang diberi
filtrat kerang darah menunjukkan berat dan panjang badan yang lebih kecil
dibandingkan kelompok kontrol negatif, meskipun perbedaan tersebut tidak
signifikan secara statistik.
Luaran utama dari penelitian ini adalah artikel jurnal
internasional yang telah diajukan ke Makara Journal of Science dengan
status under review. Selain itu, luaran tambahan berupa prototipe serbuk
cangkang kerang darah sebagai adsorben logam berat dalam daging kerang darah
juga telah dikembangkan untuk mendukung keamanan konsumsi makanan laut.
Kata
Kunci: Logam berat Pb dan Cd, Kerang darah, Perkembangan embrio, Adsorben,
Keamanan pangan.